Hidup harus diperjuangkan
"KEHIDUPAN"
"dalam menjalani hidup ini kita tidak terlepas dari kebijaksanaan"
Rabu, 22 November 2023
Kamis, 04 Mei 2017
1. Pengertian Perasaan
Perasaan
ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami
dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal
dan bersifat subyektif.
Unsur-unsur perasaan adalah sebagai berikut.
· Bersifat subyektif daripada gejala mengenal.
· Bersangkut paut dengan gejala mengenal.
· Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatanya tidak sama.
Perasaan
lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula
dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan
seseorang terhadap sesuatu tidsak sama dengfan tanggapan perasaan orang
lain, terhadap hal yang sama. Sebagai contoh ada 2 (dua) orang
bersama-sama menyaksikan pementasan drama. Seorang diantaranya
menanggapi pementasan para pemeran tersebut dengan rasa kagum dan
senang, singkatnya dia menilai penampilan pementasaan drama itu sangat
sempurna, tapi seorang yang lain menanggapi pementasan tersebut dengan
acuh tak acuh, tampaknya pementasan itu biasa-biasa saja dan tidak
menarik.
Karena
adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak
dapat disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan
pengam,atan, fikiran dan sebaginya. Perasaan tidak merupakan suatu
gajala kejiwaan yang terdiri sendiri, tetapi bersangkut paut dengan
gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa
mengenal dan sebaliknya pada suatu ketika gejala perasaan yang menyertai
peristiwa mengenal.
Gejala perasaan bergantung pada:
a. Keadaan jasmani, misal badan dalm keadaan sakit, perasaan mudah tersinggung dari pada badan dalam keadaan sehat dan segar.
b. Pembawaan, ada orang yang pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal
perasaannya.
c. Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Keadaan yang dpat memengaruhi
perasaan dapt memberikan orak dalam perkembangan perasaan.
Perasaan selain bergantung kepada stimulus yang datang dari luar, perasaan juga bergantung kepada :
a. Keadaan jasmani individu yang bersangkutan.
b. Keadaan dasar individu. Hal ini erat hubungannya dengan struktur individu.
c. Keadaan individu pada suatu waktu, atu keadaan yang temporer seseorang.
2. Tiga Dimensi Perasaan Menurut Wundt
Menurut
Wundt, perasaan tidak hanya dapat dialami individu sebagai perasaan
senang atau tidak senang, tetapi masih dapat dilihat dar dimensi lain.
Memang salah satu segi perasaan itu dialami sebagai perasaan yang
menyenangkan atau tidak menyenagkan. Hal ini dinyatakan oleh Wundt
sebagai dimensi yang pertama. Disamping itu masih terdapat dimensi lain
bahwa perasaan itu dapat dialami sebagai suatu hal yang "exited" atau
sebagai "inert feeling", hal ini oleh Wundt dipergunakan sebagi dimensi
yang kedua.disamping itu masih adanya dimensi lain yang dipegunakan
sebagai dimensi yang ketiga yaitu "expextancy" dan "release feeling".
Sehubungan dengan soal dan waktu dan perasaan, Strens juga membedakan perasaan dalam tiga golongan yaitu.
a. Perasaan-perasaan presens, yaitu yang bersangkutan dengan keadaan-keadaan sekarang yang dihadapi. Hal ini berhubungan dengan situasi yang aktual.
b. Perasaan-perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan kedepan dalam kejadian-kejadiaan yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan.
c. Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu, atau melihat kebelakang yang telah terjadi.
3. Perasaan dan Gejala-Gejala Kejasmaniaan
Gejala
perasaan tidak berdiri sendiri, melainkan bersangkut paut dengan
gejala-gejala jiwa yang lain bahkan perasaan dengan keadaan tubuh ini
memang tidak dapat dipisahkan, contoh:
Kalau
ada orang bercakap-cakap biasanya disertai dengan gerakan tangan.
Gerakan ini tidak lain dari ungkapan perasaan untuk memperjelas apa yang
dikatakan. Orang yang sedang menghormati orang lain, biasanya disertai
dengan gerakan tangan.
Tanggapan-tanggapan tubuh terhadap perasaan dapat berwujud:
1. Mimik, gerak roman muka
2. Pantomimic, gerakan-gerakan anggota badan bagi orang bisu tuli, terdiri dari gerakan-gerakan yang
termasuk mimik dan pantomimik.
3. Gejala pada tubuh, seperti denyut jantung bertambah cepat dari biasanya, muka menjadi pucat dan sebagainya.
4. Macam-Macam Perasaan
Dalam
kehidupan sehari-hari sering didengar adnya perasaan yang tinggi dan
perasaan yang rendah. Keadaan ini menunjukkan adanya suatu klasifikasi
dari perasaan.
Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan, yaitu:
a. Perasaan tingkat sensoris
Perasaan
ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan
dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panis, dingin.
b. Perasaan ini bergantung kapada keadaan jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar, lelah dan sebagainya.
c. Perasaan kejiwaan. Perasaan ini merupakan perasaan saperti rasa gembira, susah, takut.
d. Perasaan kepribadian.
Perasaan
ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi,
misalnya perasaan harga diri prasaan putus asa , perasaan puas (Bigot,
Kohstamm, palland, 1950)
Disamping itu konstamm memberikan memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut:
a. Perasaan keinderaan
Perasaan ini adalah perasaan yang berhubung dengan alat-alat indera, misalnya perasaan yang berhubungan
dengan pencecapan, umpamanya asam asin, pahit, manis; yang berhubungan dengan baud an sebagainya.
Juga termasuk dalam hal ini perasaan-perasaan lapar, haus, sakit, lelah dan sebagainya.
b. Perasaan kejiwaan
Dalam golongan ini perasaan masih dibedakan lagi atas:
1) Perasaan intelektual
Perasaan
ini merupakan jenis perasaan yang timbul atau menyertai perasaan
intelektual, yaitu perasaan yang timbul bila orang dapat memecahkan
sesuatu soal, atau mendapatkan hal-hal yang baru sebagai hasil kerja
dari segi intelektualnya. Perasaan ini juga dapat merupakan suatu
mendorong atau dapat memotivasi individu dalam berbuat; perasaan ini
juga dapat merupakan motivasi dalam lpangan ilmu pengetahuan.
2) Perasaan Kesusilaan
Perasaan
kesusilaan timbul kalau orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk
menurut norma-norma kesusilaan. Hal-hal yang baik akan menimbulkan
perasaan yana positif, sedangkan hal-hal yang buruk akan menghasilkan
menimbulkan perasaan yang negatif.
3) Perasaan Keindahan
Perasaan
ini timbul kalau orang mengamati sesuatu yang indah atau yang jelek.
Yang indah menimbulkan perasaan positif, yang jelek menimbulkan perasaan
yang negatif.
4) Perasaan Kemasyarakatan
Perasaan
ini timbul dalam hubungan dengan orang lain. Kalau orang mengikuti
keadaan orang lain, adanya perasaan yang menyertainya. Perasaan dapat
bermacam-macam coraknya, misalnya benci atau antipasti, senang atau
simpati.
5) Perasaan Harga Diri
Perasaan
ini merupakan perasaan yang menyertai harga diri seseorang. Perasaan
ini dapat positif, yaitu kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap
dirinya. Perasaan ini dapat meningkat kepada perasaan harga diri lebih.
Tetapi perasaan ini juga dapat bersifat negatif, yaitu bila orang
mendapatkan kekecewaan. Ini dapat menimbulkan rasa harga diri kurang.
6) Perasaan Ketuhanan
Perasaan
ini berkaitan dengan kekuasaan Tuhan. Salah satu kelebihan manusia
sebagai makhluk Tuhan adalah dianugerahkannya kemapuan mengenal
Tuhannya. Perasaan ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling
mulia dan luhur. Kemampuan yang demikian ini tidak terdapat dalaam diri
binatang. Walaupun binatang itu sendiri dapat berpikir (dalam bentuk
sederhana), tetapi tidak mampu hidup beragama. Oleh karena itu,
pemilihan pola hidup religious adalah merupakan keputusan pribadi yang
paling asasi dan memberikan kekuatan dalam menghadapi segala badai
taufan kehidupan.
5. Affek dan Stemming (Suasana Hati)
Akan
peristiwa psikis dapat diarikan sebagai rasa ketegangan hebat kuat,
yang timbul dengan tiba-tiba dalam waktu singkat, tidak disadari dan
disertai dengan gejala-gejala jasmaniah yang hebat pula. Sebagai
akibatnya, pribadi yang dihinggapi affek tersebut tidak mengenal atau
tidak menyadari lagi terhadap sesuatu yang diperbuatnya.
Wilhelm Wundt. Tokoh psikologi eksperimental dalam sebuah analisis intropeksi telah menemukan affek dalam 3 komponen, yaitu:
a. Affek yang disertai perasaan senang dan tidak senang.
b. Affek yang menimbulkan kegiatan jiwa atau melemahkan.
c. Affek yang berisi penuh ketegangan dan affek penuh relaks (mengendorkan).
Sedangkan Immanuel Kant membagi affek tersebut dalam dua ketegori, yaitu:
a. Affek Sthenis
(sthenos = kuat, perkasa) dengan mana individu menyadari kemampuan dan
kekuatan tenaganya, sehingga aktivitas jasmani dan rohani bias
dipertinggi.
b. Affek Asthenis, ialah affek yang membawa perasaan kehilangan kekuatan, sehingga aktifitas fisik dan psikisnya terlumpuhkan karenanya.
Stemming
atau suasana hati dapat diartikan sebagai suasana hati yang berlangsung
agak lama, lebih tenang, berkesinambungan dan ditandai dengan ciri-ciri
perasaan senang atau tidak senang. Sebab-sebab suasana hati itu pada
umumnya ada dalam bawah sadar, namun ada kalanya juga disebabkan oleh
factor jasmaniah. Jika suasana hati ini konstan sifatnya, maka peristiwa
ini disebut "humeur".
6. Simpati dan Empati
Simpati ialah Sesuatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang sedang dirasakan orang lain.
Dengan
kata lain, suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan sesuatu yang
sedang dirasakan oleh orang lain. Simpati dapat timbul karena persamaan
cita-cita, mungkin karena penderitaan yang sama, atau karena berasal
dari daerah yang sama, dan sebagainya.
Gejala
perasaan yang berlawanan dengan simpati ialah antipati. Gejala perasaan
ini menunjukna ketidaksenangan kepada orang lain. Ketidaksenangan ini
dapat berujud suatu kebencian. Dari kebincian ini terdapat unsur
berlawanan atau bermusuhan. Antipasti ini timbul karena bermacam-macam
sebab seperti halnya sempati.
Empati
ialah sesuatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan
orang lain andaikata dia dalam situasi orang lain tersebut.
Karena
empati, orang mengunakan perasaannya dengan effektif dalam situasi
orang lain, didorong oleh emosinya seolah-olah dia ikut mengambil bagian
dalam gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain.
7. Masalah-Masalah Praktis.
a. Fungsi Perasaan
1) Mempunyai pengaruh yang besar kepada setiap perbuatan dan kemaun.
2) Perasaan itu cepat dan mudah menular.
3) Menyangkut perasaan indriawi
seperti panas, dingin, sejuk, sedap dan lain-lain, juga perasaan vital.
Perlu dilakukannya pembiasan demi pengembangan kepribadian.
4) Seyogyanya senantiasa ditumbuhkan perasaan intelektual dalam upaya membangkitkan motivasi.
5)
Gangguan yang serius dan kronis pada kehidupan perasaan dapat
mengakibatkan timbulnya tingkah laku abnormal dan gejala neurosa.
b. Emosi dan Perkembangan Pribadi.
Karena
emosi berpengaruh terhadap kejiwaan, berarti berpengaruh juga tehadap
kemuan dan perbuatan. Maka gejala jiwa itu berpengaruh juga terhadap
perkembangan dan pembentukan pribadi.
1) Kekuatan perasaan dapat diperkuat dan dapat diperlemah. Kemungkinan semacam itu memberikan kesempatan yang baik kepada usaha-usaha pendidikan.
2) Pendidikan perasaan adalah sangat penting. Usahakanlah suasana dan rangsang-rangsang yang
dapat
membangun dan mengembangkan perasaan yang baik dan luhur, dan
tiadakanlah keadaan yang merangsang timbulnya perasaan-perasaan rendah
dan negative,
3) Karena emosi mempunyai sifat menjalar/menular/merembet,
maka jangan membawakan emosi-emosi yang negative dalam hubungannya
dalam sesama, baik dalam pergaulan pendidikan maupun dalam pergaulan
pada umumnya.
Senin, 02 Juli 2012
Minggu, 23 Januari 2011
PSIKOLOGI DAN FILOSOFI HIDUP
Filosofi hidup hampir berkaitan dengan prinsip hidup. Semua
orang yang masih eksis mempunyai pegangan hidup, tujuan hidup,
prinsip hidup maupun filosofi hidup. Tentunya hal ini cukup berbeda
di antara satu dengan lainnya dalam menyikapinya. Karena, setiap
orang itu tidak sama, setiap orang itu unik, setiap orang merupakan
mahluk individualisme yang membedakan satu dengan lainnya.
Ada yang mempunyai tujuan hidup yang begitu kuat, namun
prinsip hidupnya lemah, atau sebaliknya ada orang yang mempunyai
tujuan hidup yang lemah, namun memiliki prinsip hidup yang kuat. Ini
tidaklah menjadi suatu permasalahan, yang penting seberapa baiknya
seseorang menyambung hidupnya dengan berbagai persoalan dunia yang
ada, atau dengan kata laiinya bagaimana kondisi psikologis/jiwa
seseorang dalam menjalani hidupnya.
Prinsip hidup masih jauh kaitannya dengan psikologi, namun
psikologi mau tau mau berhubungan langsung dengan prinsip hidup.
Karena, dengan menijau prinsip hidup seseorang dapat diketahui
kondisi jiwa seseorang. Prinsip hidup dan filosofi hidup sangat luas
cakupannya, tidak hanya ditinjau dari segi psikologi, tapi seluruh
cabang ilmu pengetahuan yang ada. Prinsip hidup seseorang dapat
diambil dari perspektif psikologi, agama, seni, literatural,
metafisika, filsafat dsb.
Bagi sebagian orang, filosofi hidup dapat dijadikan sebagai
panutan hidup, agar seseorang dapat hidup dengan baik dan benar.
Adapula sebagaian orang yang tidak menghiraukan apa itu tujuan hidup
dan filosofi hidup, ia hanya hidup mengikuti arus yang mengalir dan
sebagian orang lagi, terlalu kuat memegang tujuan hidup dan filosofi
hidupnya sehingga membuat ia menjadi keras dan keras, Jadi,
kesimpulannya ada 3 sifat manusia yang bisa ditinjau dari filosofi
hidupnya, yaitu orang yang lemah, orang yang netral dan orang yang
keras.
Orang yang lemah adalah orang yang tidak mempunyai tujuan hidup atau
prinsip hidup. Ia tidak tahu untuk apa ia hidup, ia tidak berusaha
mengetahui kebenaran di balik fenomena alam ini, sehingga terkadang
baik dan buruk dapat dijalaninya. Orang yang netral adalah orang
yang mempunyai tujuan dan prinsip hidup, tetapi tidak mengukuhinya
dengan terlalu kuat. Ia berusaha mencari kebenaran hidup dan hidup
dalam kebijakan dan kebenaran, ia bebas dan netral, tidak kurang dan
tidak melampaui, ia berada di tengah-tengah. Orang yang kuat adalah
orang yang memegang kuat tujuan dan prinsip hidupnya. Sehingga ia
mampu melakukan apa saja demi tercapai tujuannya. Ia terikat oleh
filosofinya, ia kuat dan kaku berada di atas pandangannya, ia merasa
lebih unggul dari orang lain dan melebihi semua orang.
Jika ditinjau dari sisi psikologi. Orang-orang yang di atas juga
dapat dikategorikan, seperti orang yang mempunyai jiwa yang lemah,
jiwa yang sedang dan jiwa yang kuat. Namun, untuk yang berjiwa
sehat, seseorang tidak hanya dilihat dari jiwa lemah, sedang ataupun
kuatnya. Penerapan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari
itulah yang penting.
Pada dasarnya, tujuan dan prinsip hidup seseorang itu baik dan
bersih. Pada saat seseorang dalam keadaan tenang, ia membuat
berbagai tujuan dan prinsip dalam hidupnya, namun ketika diterapkan
timbul beberapa hambatan dari luar dirinya atau adanya pengaruh dari
lingkungan eksternalnya. Salah satu pengaruh terbesar dari luar
dirinya adalah panca indera. Panca indera yang tidak terjaga dengan
baik akan membuat seseorang terpeleset dari tujuan dan prinsip
hidupnya. Telinga bisa mendengar, mata bisa melihat, mulut bisa
berbicara. Semua itu harus dikendalikan dengan baik.
Sebagai contoh konkret, saya mempunyai tujuan hidup menjadi
seseorang yang berguna untuk menolong semua mahluk hidup sampai ajal
menemui dan filosofi hidupnya adalah bila ada orang baik kepada
saya, maka saya akan baik kepadanya, dan bila ada orang jahat kepada
saya, maka saya akan baik juga kepadanya. Dari filosofi hidup ini,
jika dilihat dari sisi psikologinya, orang tersebut mempunyai jiwa
yang sehat, tidak mendendam dan bahagia menerima hidup. Namun, itu
hanyalah sebuah filosofi hidup, yang terpenting adalah bagaimana ia
menerapkan dalam perilakunya, apakah bisa sesempurna dengan filosofi
hidupnya atau hanya sekedar membuat filosofi hidup tetapi tidak
dijalankannya ataupun ia membuat suatu filosofi hidup, namun ia
susah menjalannya karena tidak bisa menahan godaan atau hambatan
dari luar dirinya.
Sebuah filosofi hidup bisa didapatkan dari seorang pemikir-pemikir
jenius yang bijaksana, bebas dan terpelajar. Biasanya orang tersebut
dianggap sebagai seorang filsuf, pelopor kebijakan. Masing-masing
negara memiliki tokoh filosofinya. Orang pertama yang memperkenalkan
filsafat hidup ke dalam ilmu pengetahuan adalah orang Yunani yang
kebetulan pada saat itu negaranya merupakan negara yang bebas dalam
berkarya. Terbukti begitu banyak para filsuf terkenal kebanyakan
dari bangsa Yunani, seperti Aristoteles, Plato dan Socrates.
Socrateslah yang paling banyak memberi pengaruh kepada dunia ilmu
pengetahuan, maka dia disebut Bapak Filsafat. Sedangkan, dari ilmu
psikologi, Bapak Sigmud Frued disebut-sebut sebagai Bapak Psikologi
yang paling banyak memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan.
Kedua tokoh dunia ini sama-sama memiliki pemikiran yang luar biasa
untuk menciptakan pengetahuan-pengetahuan mengenai asal usul dari
segala sesuatu, meskipun cakupannya berbeda, namun, psikologi dan
filsafat tidak bisa dipisahkan dan sebaliknya. Banyak tokoh
psikologi yang semula mempelajari filsafat kemudian melanjutkan
pengetahuannya ke bidang psikologi.
Beberapa kata kutipan yang diambil da
ri kedua tokoh ini, yakni :
" Makanan enak, baju indah, dan segala kemewahan, itulah yang kau
sebut kebahagiaan, namun aku percaya bahwa suatu keadaan di mana
orang tidak mengharapkan apa pun adalah kebahagiaan yang tertinggi
(Socrates)".
Dan,
" Mereka yang percaya, tidak berpikir. Mereka yang berfikir, tidak
percaya (Sigmud Frued)".
Disini dapat dilihat, bahwa terjadi suatu studi banding antara kedua
ilmu tersebut, Masing-masing membicarakan asal asul segala sesuatu
menurut perspektif ilmunya. Namun, dari kedua ilmu tersebut
mempunyai suatu kesamaan, bahkan banyak kesamaan yang membahas
mengenai asal mulanya sesuatu yang pasti ada hubungannya dengan
manusia dan alam sekitarnya.
Seorang Socrates membicarakan kebahagiaan dan seorang Sigmund Frued
membicarakan pikiran, tentunya kedua hal ini mempunyai kaitan yang
cukup besar. Filosofi hidup yang diberikan oleh Socrates mengenai
kebahagiaan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan Ilmu
psikologi yang diberikan oleh Sigmund Frued mengenai pikiran (alam
sadar atau alam bawah sadar) dapat dijadikan landasan seseorang
untuk mencapai kebahagiaan.
Oleh sebab itu, seseorang yang mempelajari psikologi maupun
tidak, harus memiliki satu tujuan hidup atau filosofi hidup agar
bisa berkembang, dan seseorang yang mempelajari filsafat maupun
tidak, harus memperhatikan apakah dan bagaimanakah agar filosofinya
dapat diterapkan dengan baik dan benar sehingga mempunyai
psikologis/jiwa yang sehat untuk maju dan berhasil.
"Jika seseorang tahu kebenaran yang mendasar tentang segala sesuatu,
maka itulah inti pengetahuan'.
orang yang masih eksis mempunyai pegangan hidup, tujuan hidup,
prinsip hidup maupun filosofi hidup. Tentunya hal ini cukup berbeda
di antara satu dengan lainnya dalam menyikapinya. Karena, setiap
orang itu tidak sama, setiap orang itu unik, setiap orang merupakan
mahluk individualisme yang membedakan satu dengan lainnya.
Ada yang mempunyai tujuan hidup yang begitu kuat, namun
prinsip hidupnya lemah, atau sebaliknya ada orang yang mempunyai
tujuan hidup yang lemah, namun memiliki prinsip hidup yang kuat. Ini
tidaklah menjadi suatu permasalahan, yang penting seberapa baiknya
seseorang menyambung hidupnya dengan berbagai persoalan dunia yang
ada, atau dengan kata laiinya bagaimana kondisi psikologis/jiwa
seseorang dalam menjalani hidupnya.
Prinsip hidup masih jauh kaitannya dengan psikologi, namun
psikologi mau tau mau berhubungan langsung dengan prinsip hidup.
Karena, dengan menijau prinsip hidup seseorang dapat diketahui
kondisi jiwa seseorang. Prinsip hidup dan filosofi hidup sangat luas
cakupannya, tidak hanya ditinjau dari segi psikologi, tapi seluruh
cabang ilmu pengetahuan yang ada. Prinsip hidup seseorang dapat
diambil dari perspektif psikologi, agama, seni, literatural,
metafisika, filsafat dsb.
Bagi sebagian orang, filosofi hidup dapat dijadikan sebagai
panutan hidup, agar seseorang dapat hidup dengan baik dan benar.
Adapula sebagaian orang yang tidak menghiraukan apa itu tujuan hidup
dan filosofi hidup, ia hanya hidup mengikuti arus yang mengalir dan
sebagian orang lagi, terlalu kuat memegang tujuan hidup dan filosofi
hidupnya sehingga membuat ia menjadi keras dan keras, Jadi,
kesimpulannya ada 3 sifat manusia yang bisa ditinjau dari filosofi
hidupnya, yaitu orang yang lemah, orang yang netral dan orang yang
keras.
Orang yang lemah adalah orang yang tidak mempunyai tujuan hidup atau
prinsip hidup. Ia tidak tahu untuk apa ia hidup, ia tidak berusaha
mengetahui kebenaran di balik fenomena alam ini, sehingga terkadang
baik dan buruk dapat dijalaninya. Orang yang netral adalah orang
yang mempunyai tujuan dan prinsip hidup, tetapi tidak mengukuhinya
dengan terlalu kuat. Ia berusaha mencari kebenaran hidup dan hidup
dalam kebijakan dan kebenaran, ia bebas dan netral, tidak kurang dan
tidak melampaui, ia berada di tengah-tengah. Orang yang kuat adalah
orang yang memegang kuat tujuan dan prinsip hidupnya. Sehingga ia
mampu melakukan apa saja demi tercapai tujuannya. Ia terikat oleh
filosofinya, ia kuat dan kaku berada di atas pandangannya, ia merasa
lebih unggul dari orang lain dan melebihi semua orang.
Jika ditinjau dari sisi psikologi. Orang-orang yang di atas juga
dapat dikategorikan, seperti orang yang mempunyai jiwa yang lemah,
jiwa yang sedang dan jiwa yang kuat. Namun, untuk yang berjiwa
sehat, seseorang tidak hanya dilihat dari jiwa lemah, sedang ataupun
kuatnya. Penerapan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari
itulah yang penting.
Pada dasarnya, tujuan dan prinsip hidup seseorang itu baik dan
bersih. Pada saat seseorang dalam keadaan tenang, ia membuat
berbagai tujuan dan prinsip dalam hidupnya, namun ketika diterapkan
timbul beberapa hambatan dari luar dirinya atau adanya pengaruh dari
lingkungan eksternalnya. Salah satu pengaruh terbesar dari luar
dirinya adalah panca indera. Panca indera yang tidak terjaga dengan
baik akan membuat seseorang terpeleset dari tujuan dan prinsip
hidupnya. Telinga bisa mendengar, mata bisa melihat, mulut bisa
berbicara. Semua itu harus dikendalikan dengan baik.
Sebagai contoh konkret, saya mempunyai tujuan hidup menjadi
seseorang yang berguna untuk menolong semua mahluk hidup sampai ajal
menemui dan filosofi hidupnya adalah bila ada orang baik kepada
saya, maka saya akan baik kepadanya, dan bila ada orang jahat kepada
saya, maka saya akan baik juga kepadanya. Dari filosofi hidup ini,
jika dilihat dari sisi psikologinya, orang tersebut mempunyai jiwa
yang sehat, tidak mendendam dan bahagia menerima hidup. Namun, itu
hanyalah sebuah filosofi hidup, yang terpenting adalah bagaimana ia
menerapkan dalam perilakunya, apakah bisa sesempurna dengan filosofi
hidupnya atau hanya sekedar membuat filosofi hidup tetapi tidak
dijalankannya ataupun ia membuat suatu filosofi hidup, namun ia
susah menjalannya karena tidak bisa menahan godaan atau hambatan
dari luar dirinya.
Sebuah filosofi hidup bisa didapatkan dari seorang pemikir-pemikir
jenius yang bijaksana, bebas dan terpelajar. Biasanya orang tersebut
dianggap sebagai seorang filsuf, pelopor kebijakan. Masing-masing
negara memiliki tokoh filosofinya. Orang pertama yang memperkenalkan
filsafat hidup ke dalam ilmu pengetahuan adalah orang Yunani yang
kebetulan pada saat itu negaranya merupakan negara yang bebas dalam
berkarya. Terbukti begitu banyak para filsuf terkenal kebanyakan
dari bangsa Yunani, seperti Aristoteles, Plato dan Socrates.
Socrateslah yang paling banyak memberi pengaruh kepada dunia ilmu
pengetahuan, maka dia disebut Bapak Filsafat. Sedangkan, dari ilmu
psikologi, Bapak Sigmud Frued disebut-sebut sebagai Bapak Psikologi
yang paling banyak memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan.
Kedua tokoh dunia ini sama-sama memiliki pemikiran yang luar biasa
untuk menciptakan pengetahuan-pengetahuan mengenai asal usul dari
segala sesuatu, meskipun cakupannya berbeda, namun, psikologi dan
filsafat tidak bisa dipisahkan dan sebaliknya. Banyak tokoh
psikologi yang semula mempelajari filsafat kemudian melanjutkan
pengetahuannya ke bidang psikologi.
Beberapa kata kutipan yang diambil da
ri kedua tokoh ini, yakni :
" Makanan enak, baju indah, dan segala kemewahan, itulah yang kau
sebut kebahagiaan, namun aku percaya bahwa suatu keadaan di mana
orang tidak mengharapkan apa pun adalah kebahagiaan yang tertinggi
(Socrates)".
Dan,
" Mereka yang percaya, tidak berpikir. Mereka yang berfikir, tidak
percaya (Sigmud Frued)".
Disini dapat dilihat, bahwa terjadi suatu studi banding antara kedua
ilmu tersebut, Masing-masing membicarakan asal asul segala sesuatu
menurut perspektif ilmunya. Namun, dari kedua ilmu tersebut
mempunyai suatu kesamaan, bahkan banyak kesamaan yang membahas
mengenai asal mulanya sesuatu yang pasti ada hubungannya dengan
manusia dan alam sekitarnya.
Seorang Socrates membicarakan kebahagiaan dan seorang Sigmund Frued
membicarakan pikiran, tentunya kedua hal ini mempunyai kaitan yang
cukup besar. Filosofi hidup yang diberikan oleh Socrates mengenai
kebahagiaan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan Ilmu
psikologi yang diberikan oleh Sigmund Frued mengenai pikiran (alam
sadar atau alam bawah sadar) dapat dijadikan landasan seseorang
untuk mencapai kebahagiaan.
Oleh sebab itu, seseorang yang mempelajari psikologi maupun
tidak, harus memiliki satu tujuan hidup atau filosofi hidup agar
bisa berkembang, dan seseorang yang mempelajari filsafat maupun
tidak, harus memperhatikan apakah dan bagaimanakah agar filosofinya
dapat diterapkan dengan baik dan benar sehingga mempunyai
psikologis/jiwa yang sehat untuk maju dan berhasil.
"Jika seseorang tahu kebenaran yang mendasar tentang segala sesuatu,
maka itulah inti pengetahuan'.
Langganan:
Postingan (Atom)